lunedì 19 gennaio 2015

Pertumbuhan Ekonomi Italia Kuartal 3- 2014



Setelah perlambatan pada kuartal pertama 2014 perekonomian AS telah menunjukkan pemulihan, sementara pertumbuhan di kawasan Euro masih lemah. Perkiraan akan terjadi  depresiasi mata uang Euro/ USD baik pada tahun 2014 dan 2015 ditambah dengan kebijakan moneter ketat yang dilakukan oleh bank sentral AS. Pada tahun 2014, perdagangan dunia diperkirakan akan tumbuh sebesar 3 persen secara riil, meningkat menjadi 4,4 dan 4,8 persen masing-masing pada tahun 2015 dan 2016. Pertumbuhan ekonomi dunia lebih buruk dari perkiraan pada bulan Mei, sehingga mempengaruhi proyeksi harga minyak yang signifikan direvisi ke bawah (112-97,8 dolar per barel). Harga minyak mentah Brent diasumsikan tetap di bawah 100 dolar per barel pada 2014-16.


Tabel 1. Struktur perekonomian Italia dan perkiraan 2014-2016 (% pertumbuhan tahunan)
                                       Sumber: ISTAT, 2014.


Seperti yang ditunjukkan pada tabel 2 diatas, pada tahun 2014 PDB Italia diperkirakan akan turun sebesar 0,3 persen, tumbuh 0,5 persen pada 2015 dan tumbuh sebesar 1,0 persen pada tahun 2016, secara riil. Pemulihan akan terutama didorong oleh permintaan domestik.

Pada tahun 2014, penurunan permintaan indomestik (setelah dikurangi persediaan) akan mencapai 0,3 persen dari penurunan pertumbuhan PDB, sementara permintaan luar negeri akan menopang pertumbuhan sebesar 0,1 poin dalam persentase. Pada tahun 2015, permintaan domestik diperkirakan akan menopang ekspansi PDB (0,5 persen), sementara permintaan luar negeri akan mengalami peningkatan sebesar 0,1 poin dalam persentase. Pada tahun 2016, permintaan domestik akan menjadi pendorong utama pertumbuhan PDB.

Konsumsi domestik diperkirakan akan meningkat sebesar 0,3 persen pada 2014 dan 0,5 persen pada tahun 2015 (mencapai tingkat pertumbuhan 0,8 persen pada tahun 2016). Pada tahun 2014, akumulasi modal diharapkan turun sebesar 2,3 persen, pulih sebesar 1,3 persen pada tahun 2015 dan 1,9 persen pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini mencerminkan kondisi kredit lebih lembut dan perbaikan secara umum sentimen ekonomi setelah 2014.

Pada tahun 2014, tingkat pengangguran diperkirakan akan tetap tinggi sebesar 12,5 persen dan menurun sedikit menjadi 12,4 persen pada tahun berikutnya dan menjadi 12,1 persen pada tahun 2016.

Read more...

venerdì 10 aprile 2009

Perdagangan Internasional Italia 2008

Dunia Internasional

Perdagangan internasional Italia dengan dunia pada Bulan Desember 2008 tercatat bernilai US$65,2 miliar atau menurun 17,1% dibandingkan dengan tahun 2007. Penurunan ini masih merupakan imbas kiris ekonomi yang melanda Eropa dan khususnya Italia selama tahun 2008. Meskipun demikian nilai perdagangan Italia selama tahun 2008 masih lebih tinggi daripada tahun 2007 dimana nilai perdagangan Italia selama tahun 2008 tercatat bernilai US$1,06 triliun atau lebih tinggi 8,8% dibandingkan perdagangan pada tahun 2007 yang bernilai US$969,8 miliar. Perdagangan migas dan non-migas juga mengalami pertumbuhan masing2 28,7% dan 7,1%

Perdagangan internasional Italia selama tahun 2008 mengalami peningkatan dan penurunan dimana nilai transaksi pada Bulan Desember hampir serupa dengan Bulan Agustus 2008.  Sejak Januari 2008 perdagangan mengalami fluktuasi dimana pada awal tahun perdagangan mengalami peningkatan kemudian menurun pada Bulan Agustus dan November. Grafik diatas menggambarkan perkembangan bulanan perdagangan Italia dengan dunia selama tahun 2008.

Nilai ekspor pada Bulan Desember 2008 tercatat bernilai US$34,1 miliar dengan penurunan sebesar 12,9% dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar US$39,2 miliar. Ekspor non-migas mengalami penurunan sebesar 11,1% dan migas 48,7% walaupun sektor non-migas masih mendominasi ekspor secara total. Selama tahun 2008 nilai ekspor mencapai US$534,6 miliar atau meningkat sebesar 9,5%, sementara ekspor migas meningkat sebesar 29,2% dan non-migas meningkat sebesar 8,7%.

Sementara itu nilai impor Italia tercatat sebesar US$31,1 miliar dengan pertumbuhan sebesar 21,3% (yoy) dari US$39,6 miliar pada Bulan Desember 2007. Nilai impor non-migas tercatat sebesar US$27,8 miliar atau meningkat 16,6% dan migas sebesar US$3,3 miliar atau meningkat 46,3%. Nilai impor selama tahun 2008 bernilai US$520,9 miliar atau lebih tinggi 8,2% dibandingkan tahun 2007 yang bernilai US$481,4 miliar.

Neraca perdagangan Italia selama tahun 2008 mengalami peningkatan yang sangat tinggi dibandingkan dengan tahun 2007. Surplus perdagangan pada tahun 2008 bernilai US$13,7 miiar atau meningkat sebesar 94,3% dibandingkan dengan US$7,03 miliar pada tahun 2007. Sementara pada Bulan Desember 2008 Italia mengalami surplus US$2,97 miliar dengan kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun 2007 yang mengalami defisit sebesar US$395,3 juta.


Perdagangan Italia dengan Indonesia

Perdagangan Italia dengan Indonesia pada Bulan Desember 2008 juga mengalami perkembangan bila dibandingkan dengan tahun 2007. Dengan peningkatan sebesar 12,7% (yoy) maka nilai total transaksi antara Italia dan Indonesia mencapai US$272,3 juta walaupun total perdagangan migas mengalami penurunan sebesar 89,6% (yoy) namun perdagangan non-migas meningkat sebesar 12,5% (yoy). Secara total, nilai perdagangan antara Italia dan Indonesia selama tahun 2008 mencapai US$3,5 miliar atau meningkat 14,3% (yoy). Total perdagangan migas selama tahun 200-2008 meningkat 58,8% namun selama tahun 2004-2008 tren perdagangan migas antara Italia dan Indonesia mengalami penurunan yang sangat tajam yaitu -63,6%. Pada tahun 2004 nilai perdagangan migas mencapai US$144,8 juta namun pada tahun 2008 menurun menjadi US$486 ribu. Sementara perdagangan non-migas terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Selama tahun 2008 nilai perdagangan Italia dan Indonesia mengalami fluktuasi dari bulan ke bulan. Nilai ekspor Italia ke Indonesia mengalami fluktuasi nilai dari sekitar US$50 sampai US$100 juta dimana nilai ekspor tertinggi adalah pada Bulan April yang mencapai diatas US$100 juta sementara nilai terendah berada pada Bulan November yang berada dibawah US$50 juta. Demikian dengan impor Italia dari Indonesia yang mengalamai fluktuasi antara sekitar US$200 juta sampai diatas US$250 juta dimana nilai impor tertinggi adalah pada Bulan Juni 2008 dan terendah adalah pada Bulan Agustus. Selama tahun 2008 Italia selalu mengalami defisit perdagangan dengan Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada grafik perkembangan ekspor dan impor Italia dengan Indonesia diatas.

Pada Bulan Desember 2008 nilai ekspor Italia ke Indonesia mencapai US$78,03 juta atau menurun sebesar 3,7% (yoy), dimana ekspor migas menurun 89,6% dan non-migas menurun 3,6%. Selama tahun 2008 nilai ekspor Italia ke Indonesia tercatat sebesar US$902,2 juta atau meningkat sebesar 19,0% dan selama periode 2004-2008 tren pertumbuhan tahunan mencapai 12,0%. Ekspor migas tahun 2008 tercatat sebesar US$586 ribu dengan peningkatan sebesar 58,8% dari tahun 2007. Namun tren pertumbuhan ekspor migas mengalami penurunan dimana pertumbuhan tahunan tercatat sebesar -20,2%. Dimasa mendatang dapat diperkirakan transaksi migas antara Indonesia dan Italia akan sangat kecil dan tidak signifikan terhadap perdagangan antar kedua negara.

Sementara itu nilai impor pada Bulan Desember 2008 tercatat bernilai US$194,3 juta dan meningkat 20,7% dibanding tahun lalu yang sebesar US$160,97 juta. Secara total, nilai impor 2008 mencapai US$2,6 miliar atau meningkat 15,2% dibandingkan tahun 2007. Selama tahun 2007 dan 2008 tidak tercatat adanya impor migas dari Indonesia, karena itu seluruh impor Italia dari Indonesia selama dua tahun berasal dari produk non-migas.  Trend pertumbuhan rata-rata tahunan 2004-2008 adalah 15,2% sementara migas sebesar 17,5%.

Dari sisi keseimbangan neraca perdagangan luar negeri dengan Indonesia, pada Bulan Desember 2008 tercatat defisit sebesar US$116,2 juta dan meningkat 45,4% (yoy). Neraca migas tidak signifikan pengaruhnya terhadap kinerja ekspor-impor Italia mengingat nilainya yang kecil. Total selama setahun mencapai defisit sebesar US$1,7 miliar, meningkat 40,1% dari US$1,2 miliar pada tahun 2007.


Impor Italia atas Komoditi Utama Indonesia

  1. Plywood (HS 4412)

Plywood merupakan komoditi ekspor utama ke-6 terbesar Indonesia pada tahun 2006, namun untuk pasar Italia posisi Indonesia pada tahun 2008 adalah ke-23 dengan nilai impor Italia dari Indonesia sebesar US$2,9 juta atau menurun 15,6% dari US$3,5 juta pada tahun 2007. Tren perkembangan selama 2004-2008 juga mengalami penurunan yakni sebesar -18,9%. Sementara pada Bulan Desember 2009 nilai impor Italia dari Indonesia tercatat sebesar US$147 ribu dengan penurunan 6,4% dibanding tahun 2007.

Impor terbesar berasal dari Rusia dengan nilai impor pada tahun 2008 senilai US$58,8 juta, kemudian Brazil sebesar US$45,6 juta, posisi ke-3 dari Finlandia sebesar US$38,3 juta, Perancis US$24,9 juta dan Austria sebesar US$24,5 juta.  Dari pesaing Indonesia lainnya adalah Cina pada urutan ke-6 dengan nilai pasar dari Cina sebesar US$24,1 juta, dan Malaysia sebesar US$3,7 juta.

Negara-negara yang berada dibawah Indonesia adalah Filipina pada posisi ke 43 dengan nilai pasar pada tahun 2008 senilai US$89 ribu, India pada posisi ke-44 dengan nilai US$42 ribu dan Thailand pada posisi ke 51 dengan nilai US$5 ribu.

  1. Kertas (HS 4802)

Sebagai salah satu produsen kertas terbesar di dunia, impor Italia dari Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara utama lainnya. Dari Indonesia, nilai impor Italia pada tahun 2008 bernilai US$16,96 juta dengan peningkatan 10,7% dibanding tahun 2007 dan rata-rata pertumbuhan tahunan yang tinggi yakni 72,9%. Posisi pertama adalah dari Jerman dengan nilai pasar kertas di Italia sebesar US$285,5 juta, kemudian diikuti oleh Austria sebesar US$156,2 juta, Swedia US$110,9 juta, Portugal US$105,9 juta dan Perancis 97,9 juta.

Diantara negara-negara ASEAN dan emerging market, Indonesia masih merupakan negara utama, dibawahnya adalah Cina dengan nilai pasar US$5,7 juta, Thailand US$1,2 juta, India US$387 ribu, Singapura US$96 ribu, Malaysia US$70 ribu dan Vietnam 4 ribu.

 3. Furnitur (HS 9403)

Impor furnitur terbesar Italia adalah Cina dengan nilai US$282,6 juta pada tahun 2008 kemudian pada posisi ke-2 adalah Jerman dengan nilai US$222,5 juta, kemudian Austria US$180,4 juta, Polandia US$142,8 juta, Swiss US$94,1 juta. Indonesia berada pada urutan ke-8 dan masih diatas negara ASEAN lainnya.

Nilai impor dari Indonesia tercatat sebesar US$50,2 juta pada tahun 2008, menurun 5,1% dari tahun 2007. Tren juga menunjukkan pertumbuhan yang negatif (-3,4%) yang menunjukkan pertumbuhan yang terus menurun dari Indonesia. Sementara pada Bulan Desember 2008 nilai impor dari Indonesia tercatat sebesar US$2,7 juta atau meningkat 12,0% dibandingkan tahun 2007 (yoy).

Impor dari Negara ASEAN lain Vietnam tercatat sebesar US$33,6 juta, kemudian Thailand US$31,7 juta, India US$24,1 juta, Malaysia US$7,7 juta, Filipina US$7,5 juta, Singapura US$439 ribu dan Myanmar US$144.

Furnitur merupakan komoditi andalan Indonesia oleh karena sumber daya alam dan manusia yang besar untuk industri ini. Ekspor ke Italia masih dapat ditingkatkan di masa mendatang karena permintaan dari dalam negeri Italia sangat tinggi dengan dibangunnya minimal 500 ribu unit rumah baru di Italia. Disisi lain, impor furnitur Italia hampir berasal dari seluruh negara ASEAN dan merupakan pesaing bagi Indonesia untuk meningkatkan pasar furnitur di Italia.

  1. Nikel (HS 4001)

Nikel merupakan komoditi ekspor Indonesia terbesar ke-9. Data perdagangan Italia tidak menunjukkan adanya impor nikel dari Indonesia bahkan dari negara ASEAN maupun emerging market seperti Cina dan India. Impor nikel Italia didominasi oleh negara Eropa dan juta tercatat sangat rendah. Pada tahun 2008 impor nikel dari Jerman hanya tercatat sebesar US$25 ribu, dari Inggris sebesar US$5 ribu dan Perancis US$1 ribu. Secara total nilai pasar nikel di Italia pada tahun 2008 hanya berkisar pada US$30 ribu. Oleh karena permintaan nikel yang rendah dari tahun ke tahun maka komoditi ini bukan merupakan komoditi andalan untuk diekspor ke Italia.

  1. Alas kaki (HS 6403)

Alas kaki merupakan komoditi impor terbesar Italia ke-17 dari dunia dengan nilai impor pada tahun 2008 senilai US$3,3 miliar atau sekitar tujuh persen dari total impor non-migas Italia pada tahun tersebut. Tren permintaan impor alas kaki selama periode 2004-2008 menunjukkan peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata tahun sebesar 12,2%. Oleh karen nilai pasar dan tren pertumbuhan yang cukup tinggi maka alas kaki merupakan komiditi utama yang harus diperhatikan guna meningkatkan ekspor Indonesia ke Italia.

Sebagai pengekspor utama alas kaki, nilai ekspor ke Italia masih rendah dibandingkan negara lain. Pesaing utama Indonesia dari ASEAN adalah Vietnam dengan nilai ekspor tahun 2008 sebesar US$150 juta, sementara Indonesia mencapai US$127 juta dengan peningkatan sebesar 21,2% dibanding tahun 2007 dan tren pertumbuhan rata-rata 42,2% selama tahun 2004-2008. Nilai ekspor pada Bulan Desember 2008 tercatat sebesar US$11,2 juta dengan peningkatan 93,1% (yoy).

Impor utama berasal dari Rumania dengan total tahun 2008 senilai US$492,2 juta, kemudian dari Belgia senilai US$346,8 juta, Cina US$341,1 juta, Tunisia 215,4 juta dan India US$190,3 juta. Impor dari Belgia menalami pertumbuhan rata-rata tahunan 2004-2008 yang paling besar yakni 58,6% dimana pada tahun 2004 impor dari Rumania hanya bernilai US$60,5 juta.

Impor dari negara ASEAN lainnya Thailand tercatat sebesar US$9,4 juta, Malaysia US$7,9 juta, Kamoja US$6,2 juta, Singapura US$136 ribu, Myanmar US$76 ribu dan Filipina US$13 ribu.


Perdagangan Komiditi Non Migas

Perkembangan Impor Non Migas Utama Italia dari Dunia

Perkembangan ekspor dan impor komoditi non-migas selama tahun 2008 mengikuti pola perdagangan Italia secara total karena komposisi migas yang kecil dalam transaksi perdagangan Italia dengan dunia internasional. Selama tahun 2008 tercatat Italia mengalami surplus perdagangan atas 50 komoditi utama ekspor dan impor. Surplus tertinggi yang terjadi adalah pada Bulan Juli 2008, sementara terendah adalah Bulan Januari 2008. Nilai transaksi terbesar juga tercatat pada Bulan Juli, dan terendah adalah pada Bulan Agustus. Perkembangan bulanan selama tahun 2008 dapat dilihat pada grafik diatas.

Secara umum impor 50 komoditi utama pada Bulan Desember 2008 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2007. Penurunan terbesar terjadi pada komoditi tembaga (HS 7403) yang mengalami penurunan 60% (yoy). Nilai impor 50 komoditi pada tahun 2008 secara total tercatat sebesar US$192,1 miliar atau berkisar 42,7% dari total impor non-mgias. Peningkatan selama tahun 2007 ke 2008 tercatat sebesar 3,1%, sementara pada Bulan Desember tercatat sebesar 41,0%.


Perkembangan Ekspor Non Migas Utama Italia dari Dunia

Penurunan terbesar dalam ekspor utama Italia pada Bulan Desember 2008 adalah produk stainless steel (HS 7219) yang tercatat -64,0%.  Sementara untuk komoditi lainnya juga terjadi penurunan seperti yang terlampir pada tabel 3.a bagian akhir laporan ini.

Nilai ekspor 50 komoditi utama pada tahun 2008 bernilai US$225,7 miliar atau 44,2% dari total ekspor non-migas dengan pertumbuhan rata-rata tahunan 2004-2008 sebesar 11,7% dan pertumbuhan dari tahun 2007 sebesar 7,2%.

Selama tahun 2008 komoditi yang mengalami pertumbuhan terbesar dari tahun 2007 adalah pasta (HS1902) dengan pertumbuhan sebesar 40,3%. Sementara yang mengalami penurunan terbesar adalah IC elektronika (HS 8542) sebesar 20,9%. 


Negara Tujuan Utama Ekspor dan Impor Italia

Negara tujuan ekspor Italia dalam 50 besar merupakan acuan bagi nilai ekspor total Italia mengingat ke-50 negara tersebut memiliki pangsa yang sangat besar (diatas 90%) terhadap total ekspor. Seperti terlihat pada grafik diatas perkembangan ekspor Italia ke dunia mengikuti pola ekspor ke 50 negara utama. Perdagangan terbesar adalah pada Bulan Juli sementara terendah adalah pada Bulan Agustus 2008.

Selama tahun 2008 negara utama tujuan ekspor Italia adalah Jerman dengan nilai US$68,3 miliar, diikuti oleh Perancis US$59,8 miliar, Spanyol US$34,9 miliar, Amerika Serikat US$33,7 miliar dan Inggris US$28,1 miliar. Ekspor total ke-50 negara pada tahun 2008 senilai US$491,1 miliar atau 91,9% dari total seluruh negara dengan pertumbuhan antara 2007 dan 2008 sebesar 8,7%. Nilai ekspor pada Bulan Desember 2008 bernilai US$30,5 miliar. Diantara semua negara Indonesia berada pada posisi ke-68.

Sama halnya dengan ekspor, nilai impor 50 negara utama Italia merupakan acuan bagi total impor dunia karena memiliki pangsa yang besar diatas 90%. Nilai impor tertinggi pada tahun 2008 adalah dari Jerman dengan nilai US$86,9 miliar, diikuti oleh Perancis US$47,1 miliar, Cina US$34,7 miliar, Belanda US$28,2 miliar dan Spanyol US$21,7 miliar. Indonesia berada pada urutan ke-39 dengan pangsa sebesar 0,5 persen. 


Read more...

Ekspor Spumante meningkat

Sementara itu , nilai ekspor mencapai 1,4 miliar Euro dengan jumlah 163 juta botol (+10%). Dalam ekspor tercatat peningkatan +11% volume dan +29% berdasarkan nilai dalam 11 bulan terakhir tahun ini. Karena perkembangan ini, posisi Italia meningkat menjadi negara nomor tiga yang memproduksi spumante dengan jumlah produksi diperkirakan 315 juta botol. Permintaan terbesar spumante Italia berasal dari Rusia dan Brazil, kemudian Georgia, Lettonia, Estonia, dan Israel.

Dibandingkan dengan Perancis, Ekspor Italia lebih rendah 10% namun secara produksi lebih tinggi 15%. Jadi produksi yang dikonsumsi lebih tinggi di Italia dibandingkan dengan Perancis. Untuk Natal yang lalu, meningkat juga kado yang berisi botol spumante, walaupun jumlah parcel menurun 10% namun jumlah spumante sebagai hadiah meningkat sebesar +5%.

(foto: http://www.winecountry.it/articoli/notizie-e-informazioni/278)

Read more...

Pembelian Motor Meningkat di Italia

Dalam lima tahun terakhir pembelian sepeda motor di Italia meningkat sebesar 27,81%, dari sejumlah 4,37 juta pada rata-rata pada tahun 2003 menjadi sekitar 5,59 unit pada tahun 2007. Angka ini merupakan hasil penelitian dari Federpneus, suatu asosiasi nasional yang bergerak dalam ritel ban kendaraan bermotor. Hasil dari studi juga menggambarkan bahwa kenaikan pembelian ini menyebabkan meningkatnya kesulitan berkendaraan dan parkir di dalam area perkotaan.

Dalam periode 2003 sampai 2007, terungkap dalam penelitian tersebut bahwa pembelian terbesar berdasarkan wilayah adalah bagian tengah ke selatan Italia. Peningkatan berdasarkan wilayah adalah sebagai berikut: Molise (+44,52%), Lazio (+39,88%), Piemonte (+37,48%), Basilicata (35,62%), dan Abruzzo (+35,33%). 

Menurut laporan Federpneus, peningkatan ini merupakan kenyataan yang sedang terjadi di Italia. Lebih lanjut, di negara-negara maju, pembelian motor merupakan respon dari kegiatan olahraga atau penyaluran hobi bukan sebagai alat transportasi. Sedangkan kenyataan di Italia system transportasi publik tidak sebaik di negara Eropa yang lebih maju maka mendorong masyarakat untuk menggunakan motor sebagai sarana transportasi alternatif. 

Read more...

Dampak Krisis terhadap Sektor Industri

Krisis keuangan yang melanda Eropa (termasuk Italia) pada tahun 2008 diperkirakan akan berdampak buruk terhadap sektor industri dalam dua tahun kedepan. Persatuan Serikat Pekerja Italia atau CISL memperingatkan sektor industri bahwa terdapat 900 ribu posisi berada dalam risiko kehilangan pekerjaan terutama di sektor manufaktur dan konstruksi. Perkiraan krisis tersebut telah diperkirakan dalam CISL. 

Dalam dua bulan terakhir krisis ekonomi dan bisnis telah member dampak terhadap hamper 180 pekerja. Menjelang Bulan Juni diperkirakan hanya 25 ribu yang berisiko kehilangan pekerjaan ternyata dampaknya makin meningkat. Perusahaan yang telah berhenti beroperasi dalam dua bulan terakhir termasuk perusahaan yagn memiliki nama besar seperti Fiat, Natuzzi, Riello, Lucchini, Electrolux, Granarolo, Unilever. Dampak juga dialami oleh distrik industri seperti industri wol di Prato dan Biella, industri sutra di Como, industri sepatu di Marche. Dalam delapan bulan tingkat pembayaran terhadap orang yang menganggur menunjukkan peningkatan sebesar 24,7% dibandingkan periode yang sama tahun 2007. CISL mengestimasi bahwa sekitar 5% dari sektor industi saat ini masuk ke dalam situasi krisis dan angkanya bertendensi meningkat.

Bila dibandingkan dengan total jumlah pekerja saat ini yang sekitar 23,5 juta maka 900 ribu perkerja yang terancam kehilangan pekerjaan tersebut mencakupi 3,8% dari total. Dengan membandingkan terhadap pekerja yang bekerja di sektor industri dan konstruksi yang sekitar 7 juta orang maka pekerja yang terancam tersebut mencakupi 13% dari total pekerja. Jumlah pengangguran di Italia saat ini berkisar 1,7 juta (6,7% dari angkatan kerja), maka risiko kehilangan pekerjaan ini akan meningkatkan jumlah orang yang bergantung kepada penduduk aktif, dimana saat ini saja berjumlah 2,4 juta orang. Perhitungan risiko pekerja oleh CISL tersebut belum memasukkan pekerja di sektor jasa, yang secara total akan lebih besar dari 900 ribu orang.

Read more...

Sebanyak 90% anak muda Italia siap membeli rumah


Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Genworth, sebuah lembaga pembiayaan kepemilikan rumah internasional, menunjukkan bahwa setengah dari keluarga yang saat ini menyewa rumah ingin memiliki rumah secara tetap. Krisis ekonomi dan kondisi yang tidak pasti dalam perekonomian Italia beberapa bulan terakhir tidak menyurutkan keinginan anak muda Italia untuk memiliki rumah, dimana 9 diantara 10 anak muda memiliki keinginan untuk memiliki rumah di dimasa mendatang karena menurut mereka kepemilikan rumah merupakan suatu investasi yang baik. Hasil penelitian mengenai perilaku masyarakat yang dilakukan oleh Tns Infratest (untuk grup pembiayaan Genworth) dengan melakukan survei guna mendapatkan gambaran atas 17,47 juta keluarga Italia dengan tidak mengikutsertakan anggota satu atau dua anggota keluarga yang berusia diatas 65 tahun.

Secara khusus 2,9 juta anak muda Italia yang berusia antara 25-38 tahun yang secara ekonomi bergantung dan masih tinggal dengan orang tua atau yang diistilahkan ‘bamboccioni’ (yang berarti anak mama) menyatakan ketertarikan untuk memiliki rumah pertama dalam masa mendatang. Sebanyak 60% (sekitar 1,9 juta) menyatakan ingin memilikinya dalam 5 tahun kedepan.

Data penelitian tersebut menggarisbawahi bahwa selain sejumlah 2,7 juta keluarga Italia yang menyewa rumah, persentase mereka yang menyatakan keinginan membeli rumah dalam masa mendatang diperkirakan sekitar 52% (sekitar 1,438 juta keluarga), sementara mereka yang menyatakan keingingan membeli dalam 5 tahun kedepan hanya sebesar 22% (sekitar 600 ribu keluarga).

Dengan adanya survei tersebut dapat dilihat bahwa akan ada permintaan dimasa depan (setidaknya dalam 5 tahun kedepan) terhadap kebutuhan-kebutuhan rumah tangga seperti furniture dan sejenisnya. Permintaan tersebut merupakan peluang Indonesia sebagai salah satu produsen furniture dalam memasuki pasar Italia dan meningkatkan ekspor dimasa mendatang ke Italia.

 

Read more...

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP